Mengapa menggunakan
software opensource?
Dalam Bahasa
Indonesia, open source adalah kode terbuka. Kode yang dimaksud
adalah kode program (perintah-perintah) yang diketikkan berdasarkan logika yang
benar). Suatu program dengan lisensi open source, berarti program
tersebut membuka kode programnya bagi siapa saja yang ingin mempelajarinya.
Caranya dengan menyertakan kode program bersama dengan distribusi paket program
yang sudajh jadi (hasil kompilasi).
Opensource atau dalam bahasa indonesianya adalah
Sumber terbuka adalah sistem pengembangan yang tidak dikoordinasi oleh suatu
individu / lembaga pusat, tetapi oleh para pelaku yang bekerja sama dengan
memanfaatkan kode sumber (source-code) yang tersebar dan tersedia bebas
(biasanya menggunakan fasilitas komunikasi internet).
Pola Open Source lahir karena kebebasan berkarya,
tanpa intervensi berpikir dan mengungkapkan apa yang diinginkan dengan
menggunakan pengetahuan dan produk yang cocok. Kebebasan menjadi pertimbangan
utama ketika dilepas ke publik. Komunitas yang lain mendapat kebebasan untuk
belajar, mengutak-ngatik, merevisi ulang, membenarkan ataupun bahkan
menyalahkan, tetapi kebebasan ini juga datang bersama dengan tanggung jawab,
bukan bebas tanpa tanggung jawab.
Open source berdasarkan
kebebasan user dalam menggunakan pendistribusian dan lainnya serta software gratis
(tanpa biaya). Feature utama dari karakteristik open source adalah
kebebasan user untuk:
·
Menggunakan software sesuai keinginannya
·
Memiliki software yang tersedia sesuai kebutuhan
·
Mendistribusikan software kepada user lainnya.
Open source merupakan
implementasi software dalam bentuk source code yang
dapat dibaca. Beberapa contohnya adalah web server (apache),
Bahasa pemrograman (perl, PHP), sistem operasi (Linux, OpenBSD), pembuat portal
(phpnuke, postnuke, mambo), e-learning management system (Moddle,
Claroline), dll.
Keuntungan Dan Kerugian Open Source
Penggunaan open
source belakangan ini semakin popular saja. Namun, open source ini
memliki keuntungan dan kerugian.
Beberapa keuntungan :
1. Adanya hak untuk
mendistribusikan modifikasi dan perbaikan pada code.
2. Ketersediaan source
code dan hak untuk memodifikasi
3. Tidak disandera
vendor.
Open source menggunakan format data terbuka, sehingga data menjadi transparan dan bisa dengan bebas diproses di sistem komputer yang berbeda-beda, sambil tetap menjaga keamananya. Dengan demikian, konsumen tidak lagi terikat pada kemauan vendor untuk dapat menggunakan data-datanya.
Open source menggunakan format data terbuka, sehingga data menjadi transparan dan bisa dengan bebas diproses di sistem komputer yang berbeda-beda, sambil tetap menjaga keamananya. Dengan demikian, konsumen tidak lagi terikat pada kemauan vendor untuk dapat menggunakan data-datanya.
4. Banyaknya tenaga (SDM)
untuk mengerjakan proyek.
Proyek open source biasanya menarik banyak developer, misalnya: pengembangan web server Apache menarik ribuan orang untuk ikut mengembangkan dan memantau.
Proyek open source biasanya menarik banyak developer, misalnya: pengembangan web server Apache menarik ribuan orang untuk ikut mengembangkan dan memantau.
5. Kesalahan (bugs,
error) lebih cepat ditemukan dan diperbaiki.
Hal ini dikarenakan jumlah developer-nya sangat banyak dan tidak dibatasi. Visual inspection (eye-balling) merupakan salah satu metodologi pencarian bugs yang paling efektif. Selain itu, source code tersedia membuat setiap orang dapat mengusulkan perbaikan tanpa harus menunggu dari vendor.
Hal ini dikarenakan jumlah developer-nya sangat banyak dan tidak dibatasi. Visual inspection (eye-balling) merupakan salah satu metodologi pencarian bugs yang paling efektif. Selain itu, source code tersedia membuat setiap orang dapat mengusulkan perbaikan tanpa harus menunggu dari vendor.
6. Kualitas produk lebih
terjamin.
Hal ini dikarenakan evaluasi dapat dilakukan oleh banyak orang, sehingga kualitas produk dapat lebih baik. Namun, hal ini hanya berlaku untuk produk open source yang ramai dikembangkan orang. Tidak selamanyaopen source dikembangkan oleh banyak orang, karena bisa juga dilakukan oleh individual.
Hal ini dikarenakan evaluasi dapat dilakukan oleh banyak orang, sehingga kualitas produk dapat lebih baik. Namun, hal ini hanya berlaku untuk produk open source yang ramai dikembangkan orang. Tidak selamanyaopen source dikembangkan oleh banyak orang, karena bisa juga dilakukan oleh individual.
7. Lebih aman (secure).
Sifatnya yang terbuka membuat produk open source dapat dievaluasi oleh siapa pun. Public scrutinity merupakan salah satu komponen penting dalam bidang keamanan. Secara umum, open source memiliki potensi untuk lebih aman meskipun dia tidak terkendali secara otomatis. Namun, hal ini dapat tercapai, jika security by obscurity bukan tujuan utamanya.
Sifatnya yang terbuka membuat produk open source dapat dievaluasi oleh siapa pun. Public scrutinity merupakan salah satu komponen penting dalam bidang keamanan. Secara umum, open source memiliki potensi untuk lebih aman meskipun dia tidak terkendali secara otomatis. Namun, hal ini dapat tercapai, jika security by obscurity bukan tujuan utamanya.
8. Hemat biaya.Sebagian
besar developer ini tidak dibayar/digaji.
Dengan demikian, biaya dapat dihemat dan digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat ditunda, misal membeli server untuk hosting web.
Dengan demikian, biaya dapat dihemat dan digunakan untuk pengeluaran yang tidak dapat ditunda, misal membeli server untuk hosting web.
9. Tidak mengulangi development.
Pengulangan (re-inventing the wheel) merupakan pemborosan. Adanyasource code yang terbuka membuka jalan bagi seseorang programmeruntuk melihat solusi-solusi yang pernah dikerjakan oleh orang lain. Namun, pada kenyataannya tetap banyak pengulangan.
Pengulangan (re-inventing the wheel) merupakan pemborosan. Adanyasource code yang terbuka membuka jalan bagi seseorang programmeruntuk melihat solusi-solusi yang pernah dikerjakan oleh orang lain. Namun, pada kenyataannya tetap banyak pengulangan.
10. User dapat membuat
salinan tak terbatas, menjual atau memberikan bebas hasil lisensi.
11. User dapat
memodifikasi dan mengunci agar hanya kalangan terbatas yang dapat membaca kode
dan memodifikasinya.
12. Mencegah software
privacy yang melanggar hukum.
Beberapa kerugian :
1. Kurangnya SDM yang
dapat memanfaatkan open source.
Ketersediaan source code yang diberikan dapat menjadi sia-sia, jika SDM yang ada tidak dapat menggunakannya. SDM yang ada ternyata hanya mampu menggunakan produk saja, Jika demikian, maka tidak ada bedanya produk open source dan yang propriertary dan tertutup.
Ketersediaan source code yang diberikan dapat menjadi sia-sia, jika SDM yang ada tidak dapat menggunakannya. SDM yang ada ternyata hanya mampu menggunakan produk saja, Jika demikian, maka tidak ada bedanya produk open source dan yang propriertary dan tertutup.
2. Tidak adanya proteksi
terhadap HaKI.
Kebanyakan orang masih menganggap bahwa open source merupakan aset yang harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dikaitkan dengan besarnya usaha yang sudah dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Karena sifatnya dapat di-abuse oleh orang-orang untuk mencuri ide dan karya orang lain.
Kebanyakan orang masih menganggap bahwa open source merupakan aset yang harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dikaitkan dengan besarnya usaha yang sudah dikeluarkan untuk membuat produk tersebut. Karena sifatnya dapat di-abuse oleh orang-orang untuk mencuri ide dan karya orang lain.
3. Kesulitan dalam
mengetahui status project.
4. Tidak ada garansi dari
pengembangan.
5. Limitasi modifikasi
oleh orang – orang tertentu yang membuat atau memodifikasi sebelumnya.
6. Untuk beberapa platform,
contohnya JAVA yang memiliki prinsip satu tulis dan bisa dijalankan dimana
saja, akan tetapi ada beberapa hal dari JAVA yang tidak competible dengan platform lainnya.
Contohnya J2SE yang SWT – AWT bridge-nya belum bisa
dijalankan di platform Mac OS.
7. Open Source digunakan
secara sharing, dapat menimbulkan resiko kurangnya diferensiasi
antara satu software dengan yang lain, apabila kebetulan menggunakan
beberapa Open Source yang sama.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar